“Geura bobo atuh. Ibu mah teu nanaon,” kata Ibu sambil terbaring dan beristigfar. Karena rasa kantuk tak tertahan, saya pun tertidur di klinik tapi salah satu teteh saya tetap terjaga. Saya tak pernah berpikir bahwa itu merupakan pesan terakhir Ibu.
Ibu adalah orang yang paling berpengaruh bagi kami, anak-anaknya. Sepertinya secara umum memang dalam sebuah keluarga, faktor yang paling berperan secara psikologis bagi anak-anak adalah ibu. Bagi saya sendiri, Ibu lebih dari itu. Ia teman curhat yang sebenarnya. Sering saya menelepon Ibu untuk sekadar bertanya kabar dan mengobrol, mengobrol tentang apa pun. Ada satu nasihatnya yang selalu tebersit: “Pokokna mah tulung tinulung bae.”