“Thank you, Vishnu, for introducing me to Christ.” – Pi
The Oscars, salah satu ajang penghargaan dalam dunia perfilman, baru saja digelar dalam beberapa minggu lalu. Ang Lee berhasil mendapatkan perhargaan sebagai sutradara terbaik untuk filmnya, Life of Pi (2012). Film yang diadaptasi dari novel ditulis Yann Martel memang menarik meski menontonnya agak menjemukan.
Saya terus terang tidak punya novelnya dan bahkan belum membacanya. Karena itu, saya berusaha menangkap cerita filmnya saja meski itu mungkin tidak mencakup semuanya. Saya akan mengisahkan seperlunya.
Ia bernama Piscine Molitor Patel. Ia mengubah namanya menjadi “Pi” ketika ia menempuh sekolah menengah dan lelah dengan godaan teman-temannya yang menjulukinya dengan “Pissing Patel”. Ayahnya memiliki sebuah kebun binatang di Pondicherry. Ia mengajarkan Pi gaya hidup yang relatif makmur dan beberapa pemahaman psikologi hewan.
Pi beragama Hindu pada awalnya. Ia memutuskan untuk beragama Kristen dan Islam pada usia 14 tahun. Ia memeluk tiga agama secara bersamaan karena ia “hanya ingin mencari dan mencintai Tuhan”. Ia mencoba memahami Tuhan melalui “lensa” tiga agama tersebut dan berusaha mengambil manfaatnya.
Pi adalah seorang vegetarian. Vegetarianisme adalah paham yang dianjurkan kesehatan dan keagamaan. Seorang filsuf klasik dari Yunani, Phytagoras, berpandangan bahwa asal manusia adalah Tuhan. Jiwa manusia merupakan manifestasi atau penjelmaan dari Tuhan karena dosa. Ia akan kembali kepada-Nya bila dosanya sudah dibersihkan. Untuk menghapuskan dosa, manusia harus memiliki hidup murni secara bertahap.
Dalam pandangan Phytagoras, mencapai kemurnian hidup harus memantangkan makanan daging. Menurutnya, hewan adalah salah satu tahapan jiwa manusia dan memakannya memberikan sifat kebuasan. Karena itu, ia menganjurkan vegetarianisme (Hatta, 2006: 30).
Baiklah! Kita kembali ke Pi. Keluarga Pi memutuskan untuk menjual kebun binatang mereka karena sengketa dengan pemerintah. Mereka pun punya rencana menjual semua hewan ke seluruh kebun binatang di mana pun sebelum tiba di Kanada.
Keluarga Pi “menumpang” sebuah kapal barang Jepang ke Kanada. Setelah beberapa hari dari pelabuhan, kapal tenggelam karena badai yang mengakibatkan keluarganya meninggal. Pi selamat dan menggunakan sekoci kecil bersama beberapa hewan. Richard Parker adalah salah satunya. Dari sanalah petualangan sesungguhnya dimulai.
Pi berusaha bertahan hidup dari hantaman badai dan kebuasan Richard Parker. Ia bahkan terpaksa menggunakan kekerasan untuk membela diri. Namun, mereka pun juga pada akhirnya harus berbagi tempat, berbagi “tugas”, dan berbagi “toleransi”.
Pada bagian akhir film, Pi didatangi dua orang utusan dari pemerintah Jepang untuk menyelidiki kapal yang tenggelam. Setelah memberikan semua informasi yang relevan, Pi menanyakan salah satu dari dua cerita yang mereka inginkan. Karena dua cerita tersebut sulit diverifikasi, mereka memilih cerita dengan binatang. Pi berterima kasih dan berkata, “begitu juga dengan Tuhan.”
Life of Pi sebenarnya ingin menggambarkan seorang sosok yang mencari jawaban dari kegalauannya tentang Tuhan. Dalam salah satu adegan, ayahnya menyarankannya untuk mencari jawaban tersebut melalui sains. Pada akhirnya, Pi dalam suasana mencekam selalu berusaha berdialog dengan Tuhan.
No comments:
Post a Comment