Saturday, 6 September 2008

Mereguk Hikmah di Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang selalu dinanti-nanti oleh setiap Muslim di seluruh penjuru dunia. Khususnya di Indonesia (yang mayoritas penduduknya beragama Islam), merupakan sebuah tradisi ketika datang Bulan Ramadhan banyak acara-acara dan iklan-iklan yang ditayangkan di televisi maupun media-media lain untuk menyambut dan memeriahkan bulan penuh hikmah tersebut. Tak lain, itu semua diadakan karena kegembiraan dan kerinduan yang dalam dan tiada tara kepadanya.

Bulan Ramadhan, Bulan Penuh Hikmah

Bulan Ramadhan adalah bulan yang paling istimewa di antara sebelas bulan lainnya bagi umat Islam. Mengapa demikian? Di dalam Bulan Ramadhan banyak sekali hikmah-hikmah yang dapat kita petik. Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa sepuluh hari pertama di bulan tersebut penuh dengan kasih sayang (rahmat), sepuluh hari kedua penuh dengan ampunan (maghfirah), dan sepuluh hari ketiga terhindar dari api neraka (‘itq-un min al-nâr). Bahkan, hasil dari seluruh amal baik yang kita lakukan akan dibalas dengan berlipat ganda oleh Allah swt.

Salah satu keistimewaan dari Bulan Ramadhan adalah turunnya al-Qur’an pertama kali atau yang sering kita kenal dengan istilah Nuzûl-u ‘l-Qur’ân di bulan itu. Seperti yang tercatat dalam QS 02: 185: “Bulan Ramadhan adalah bulan yang diturunkan di dalamnya (permulaan) al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang baik dan yang benar).” Dengan demikian, sudah menjadi tradisi bagi masyarakat kita untuk memperingati Nuzûl-u ‘l-Qur’ân setiap tahun.

Selain itu, ada lagi satu keistimewaan pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan yakni Laylat-u ‘l-Qadr. Ini adalah salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang beriman karena ia lebih baik daripada seribu bulan, yang mana pada malam itu para malaikat dengan ijin Tuhannya turun untuk mengatur setiap urusan, maka malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajar (QS 97: 1-5).

Secara bahasa, Laylat-u ‘l-Qadr berarti “Malam Kepastian” atau “Malam Kemuliaan”, yang terdapat pada malam-malam ganjil sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan. Maka, pada malam-malam tersebut setiap Muslim dianjurkan untuk ber-i‘tikâf dengan penuh konsentrasi di masjid untuk memperoleh keberkahan dari malam tersebut. Dan Laylat-u ‘l-Qadr juga adalah malam diturunkannya al-Qur’an. Tapi, di Indonesia ada sebuah tradisi untuk memperingati hari turunnya (permulaan) al-Qur’an yakni Nuzûl-u ‘l-Qur’ân pada tanggal 17 Ramadhan, berbeda dengan waktu adanya Laylat-u ‘l-Qadr. Itulah beberapa hikmah yang dapat kita petik di Bulan Ramadhan, bulan suci yang penuh dengan rahmat, maghfirah, dan ‘itq-un min al-nâr.

Sesungguhnya, banyak sekali hikmah-hikmah yang mungkin belum kita ketahui, tapi hikmah-hikmah tersebut tidak dapat kita petik tanpa menunaikan ibadah-ibadah wajib maupun sunnah di bulan tersebut yang dilandaskan pada keikhlasan dalam mencari ridha Allah swt.

Berpuasa di Bulan Ramadhan

Yang paling esensial dari seluruh ibadah orang-orang beriman adalah berpuasa di Bulan Ramadhan. Puasa adalah sebuah kewajiban yang sudah ada sejak umat-umat sebelum kita dan bertujuan agar kita bertakwa (QS 02: 183). Dan berpuasa di Bulan Ramadhan merupakan sebuah pelatihan kita dalam beribadah kepada Sang Pencipta yang memiliki dampak personal maupun sosial.

Puasa dalam bahasa Arab berarti al-shawm yang berarti juga al-imsâk. Sedang al-imsâk berarti menahan. Maka puasa adalah menahan diri dari makan, minum, dan segala sesuatu hal yang membatalkannya dari mulai terbitnya sampai tenggelamnya fajar. Namun, jika dikaji lebih dalam lagi berpuasa di Bulan Ramadhan berarti juga menahan diri dari hal-hal yang bersifat negatif dari diri kita sendiri seperti meninggalkan gosip (ghîbah) dan lain sebagainya.

Di samping itu, berpuasa di Bulan Ramadhan memberikan kita latihan untuk menumbuh-kembangkan kesadaran personal yakni berbuat jujur terhadap diri sendiri sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah swt. Karena, ibadah puasa bersifat tersembunyi (makhfî) dan tidak pernah ada yang dapat membuktikan jika seorang individu itu berpuasa atau tidak. Maka jelaslah bahwa puasa mendidik kita sebagai orang-orang yang beriman untuk senantiasa bertakwa kepada Sang Pencipta melalui kejujuran terhadap diri sendiri.

Yang tidak kalah penting dari kesadaran personal dalam berpuasa di Bulan Ramadhan adalah kesadaran sosial. Agama Islam adalah agama yang selalu mengajarkan umat untuk senatiasa menumbuh-kembangkan kesadaran sosial dalam bermasyarakat yang salah satunya adalah berpuasa di Bulan Ramadhan. Puasa, selain memberikan kita latihan untuk menumbuh-kembangkan kesadaran personal juga memberikan kita latihan untuk menumbuh-kembangkan kesadaran sosial. Dengan berpuasa kita menahan haus dan lapar yang secara tidak langsung mendidik kita agar ikut merasakan apa yang diderita oleh saudara-saudara kita yang kelaparan dan memiliki keterbatasan usaha. Dengan demikian, kita mampu menyadari bahwa penderitaan tersebut harus dihilangkan secara bersama sebagai bukti kesadaran sosial kita dalam berpuasa.

Kesimpulan

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh hikmah. Berpuasa di Bulan Suci tersebut merupakan sebuah kewajiban yang memiliki makna yang dalam dan dampak personal serta sosial yang tinggi. Semua umat Islam selalu bergembira menyambut kedatangannya dan selalu meningkatkan volume ibadahnya agar dapat meraih hikmah dan keberkahan di dalamnya. Tapi, hikmah maupun berkah dari Bulan Ramadhan tidak hanya dapat kita raih pada bulan suci tersebut melainkan hikmah maupun berkah dari Bulan Ramadhan juga dapat kita raih pada sebelas bulan lainnya. Peningkatan volume ibadah kita di Bulan Ramadhan bisa menjadi sebuah berkah yang sesungguhnya apabila kita tetap mempertahankannya di sebelas bulan lainnya.

*Tulisan ini telah dimuat di Buletin Jumat al-Shahîfah DKM Universitas Paramadina, Jakarta

No comments: