Monday, 28 December 2009

Kontroversi 2012 dan Pelarangan MUI


Belum lama ini, pada 13 November 2009, sebuah film kontroversial berjudul 2012 telah diputar di bioskop-bioskop sekitar. Film yang disutradarai oleh Roland Emmerich tersebut bercerita tentang ramalan hari kiamat yang dikemukakan sesuai dengan Kalender Hitungan Panjang Maya–sebuah suku yang tinggal di semenanjung Yucatan, Amerika Tengah yang berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah barat, dan Laut Karibia di sebelah timur.

Film tersebut berkisah tentang ide peristiwa hari kiamat global yang bersamaan dengan akhir putaran Kalender Hitungan Panjang Maya pada atau sekitar 12 Desember 2012 (titik balik matahari musim dingin belahan Bumi utara). Film ini menarik begitu banyak pengunjung bioskop yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda-beda. Sebab, kisah intinya adalah peristiwa hari kiamat yang menjadi unsur penasaran dari para pengunjung tersebut.

Di dalam ajaran agama sendiri, peristiwa eskatologis (hari kiamat) tidak dapat diketahui pastinya karena di luar kemampuan akal manusia. Namun, ilmu pengetahuan manusia hanya dapat membantu manusia untuk mengetahui faktor-faktor kehancuran bumi saja seperti pemanasan global dan lain-lain, tapi manusia tetap saja tidak berdaya untuk menentukan pastinya. Bahkan, Kitab Suci secara tegas memberikan keterangan bahwa sesungguhnya hari kiamat akan terjadi di luar kemampuan manusia.

Kepercayaan suku Maya terhadap hari kiamat global tidak dapat dinegasikan oleh umat beragama di Indonesia. Sepatutnya, toleransi terhadap kepercayaan tersebut menjadi spirit bagi umat beragama di Indonesia. Maka, kepercayaan mereka yang dimanifestasikan di dalam Film 2012 harus tetap dihormati karena itu sesuai dengan keyakinan mereka.

Mengikuti alur kisah Film 2012 sebenarnya, tidak dapat disimpulkan bahwa pelbagai kehancuran yang terjadi di dalam film tersebut merupakan hari kiamat. Sebab, perbincangan soal hari kiamat terkait dengan perbincangan eskatologis dan tidak satu pun manusia yang akan selamat ketika itu terjadi.

Sekilas tentang Eskatologi

Eskatologi berasal dari kata eschalos dalam bahasa Yunani yang berarti ‘yang terakhir’, ‘yang selanjutnya’, dan ‘yang paling jauh’. Secara umum merupakan keyakinan yang berkaitan dengan kejadian-kejadian akhir hidup manusia seperti kematian, hari kiamat, hari berakhirnya dunia, saat akhir sejarah, dan lain-lain (Musa Asy’arie, 2002: 239).

Ketika kata eschalos disandingkan dengan kata logos yang menjadi eskatologi dalam bahasa Indonesia berarti ilmu atau pengetahuan tentang hal-hal akhir, hal-hal pamungkas, atau yang menyangkut realitas akhirat sebagai akhir kehidupan seperti kematian, kebangkitan, pengadilan terakhir, serta kiamat sebagai akhir dunia. Dengan demikian, berdasarkan hal di atas sesungguhnya eskatologi dapat dialami setelah kematian.

Di samping itu, dari perbincangan seputar persoalan-persoalan eskatologis melahirkan asketisme – sebuah pandangan hidup yang menjadikan alam akhirat sebagai tujuan utama dalam hidupnya tanpa melupakan kewajibannya di alam dunia. Begitu besar pengaruh perbincangan tentang eskatologi sehingga ia sering juga diartikan dengan realitas setelah hari kiamat atau kematian. Bahkan, gambaran kronologis tentang keduanya telah diungkapkan di dalam Kitab Suci.

Pengertian Hari Kiamat dan 2012

Berita-berita maupun tanda-tanda tentang hari kiamat banyak disinggung di dalam al-Qur’ān. Banyak sekali ayat-ayat yang berkaitan erat dengan kebangkitan dan kehidupan setelah mati. Bahasa-bahasa yang digunakan sebagai simbol yang menunjukkan kepastian hari kiamat beragam sekali seperti Hari Penegasan (Yawm al-Qiyāmah), Hari Akhir (al-Yawm al-Ākhir), Hari yang Dijanjikan (al-Yawm al-Maw‘ūd), Hari Keputusan (Yawm al-Fashl), dan lain sebagainya.

Dari seluruh bahasa simbol tentang hari kiamat (eskatologi) yang di atas, pada hakekatnya hanya mengandung satu pesan inti yakni keimanan dan setiap manusia tidak ada yang selamat. Maka, hari kiamat yang digambarkan dalam Film 2012 tidak sama seperti yang digambarkan dalam Kitab Suci. Sebab, kenyataannya di akhir film tersebut manusia masih hidup dan bertahan hidup. Dengan demikian, jelas sekali bahwa kiamat yang dimaksud hanya sebatas bencana dan tidak terkait dengan masalah keimanan umat beragama dewasa ini.

Pelarangan MUI

Belum lama ini fatwa pelarangan diputarnya Film 2012 diberlakukan oleh MUI. Bahkan, MUI Malang, Jawa Timur, sudah melarang peredaran film tersebut di wilayah mereka karena dianggap menyesatkan. Beredar kabar, MUI Jakarta maupun Pusat akan memberlakukan hal yang sama.

Sebenarnya, fatwa tersebut tidak perlu diberlakukan karena semua gambaran tentang kehancuran dunia dalam film tersebut hanya sebatas adegan film yang memang didukung efek canggih dan mengggambarkan kehancuran dunia yang kemudian diinterpretasikan sebagai kiamat yang terinspirasi dari ramalan Suku Maya yang memperkirakan kiamat terjadi pada 21 Desember 2012 nanti.

Jadi, tidak ada masalah bagi umat beragama untuk menonton film tersebut dan tidak sepatutnya MUI melarang peredarannya dengan alasan menyesatkan. Sebab, keyakinan umat beragama saat ini telah mengalami proses pendewasaan dan tidak dapat dibatasi begitu saja dengan perlarangan.

Catatan: Tulisan ini telah dimuat di Paramadina Magazine (Parmagz), Volume 1, Tahun 2, Desember 2009

No comments: