Monday 31 May 2010

Kejujuran dan Pertemanan

Dalam sejarah kehidupan manusia, ada satu tokoh paling berpengaruh di dunia yang sampai saat ini ia selalu dijunjung tinggi dan dikenang para pengikutnya sepanjang masa. Dia adalah Muhammad saw, Nabi Besar kita, yang terkenal dengan kearifannya dan selalu menjadi panutan bagi umat Islam.

Sifat maupun sikap hidup Nabi Muhammad saw penuh dengan kejujuran (al-shidq), amanat (al-amānah), kecerdasan (al-fathānah), dan menyampaikan (al-tablīgh). Karena kejujurannya ia selalu melaksanakan amanat yang diberikan sehingga ketika ia masih muda dan belum mendapatkan risālah ia dianugerahkan gelar al-amīn (orang yang dapat dipercaya dan selalu melaksanakan amanat). Keempat sifat tersebut bersifat integral satu sama lain dan kejujuran adalah pangkalnya.

Dari keberhasilan yang telah dicapai Nabi Muhammad saw di dunia didasarkan pada keempat sifat dimilikinya yang berpangkal pada kejujuran (al-shidq), maka kita dapat menyimpulkan bahwa kejujuran adalah pangkal keberhasilan dalam hidup.

Jujur dalam bahasa Arab berarti al-shidq. Apabila dikaji lebih dalam kata tersebut memiliki makna yang sangat luas. Jujur (al-shidq)—dalam al-Munjid maupun kamus-kamus bahasa Arab yang lain—berasal dari kata shadaq-a yang berarti jujur/benar. Kata tersebut memiliki derivasi kepada shadaqah yang berarti sedekah/berbuat baik dalam al-Qur’an. Seperti yang tercatat dalam surat al-Baqarah ayat 263: “Perkataan yang baik lebih baik daripada berbuat baik yang diikuti dengan perkataan yang menyakitkan dan Allah maha kaya lagi maha penyantun.

Shadaqah yang berasal dari satu rumpun kata dengan al-shidq yang berarti sedekah/berbuat baik dalam al-Qur’an harus dibarengi dengan kejujuran. Ketika kita berbuat baik maka harus ada kejujuran dalam perbuatan baik kita bahwa kita berbuat semata-mata karena Allah swt. Bersedekah adalah perbuatan yang baik/jujur bagi setiap orang, maka ketika ia belum bersedekah niscaya ia belum jujur terhadap dirinya sendiri. Maka, ketika kita berbuat baik sudah sepatutnya ada kejujuran dalam perbuatan kita, entah kejujuran terhadap diri sendiri maupun kejujuran terhadap orang lain.

Selain itu, al-shidq yang berarti jujur/benar memiliki derivasi kata shadāqah yang berarti pertemanan atau persahabatan. Shadīq berarti teman dan shiddīq berarti yang dapat dipercaya (jujur). Ibn Miskawayh, tokoh etika Islam memakai kata shadāqah yang berarti pertemanan atau persahabatan dalam karyanya Tahdzīb al-Akhlāq (Menuju Kesempurnaan Akhlak).

Shadāqah yang berarti pertemanan berasal dari kata al-shidq yang berarti jujur/benar dan shadīq yang berarti teman dengan shiddīq yang berarti orang yang dapat dipercaya berasal dari satu akar kata yakni al-shidq. Maka, dalam pertemanan atau persahabatan harus ada kejujuran dan menjadi seorang teman harus jujur karena kata shadīq (teman) dan kata shiddīq (yang dapat dipercaya) berasal dari kata al-shidq (jujur/benar). Ketika kita mendapatkan seorang teman yang tidak jujur maka sesungguhnya ia bukan teman kita dan ketika kita mendapatkan seorang yang dapat dipercaya maka sesungguhnya ia teman kita.

Itulah makna kejujuran (al-shidq) yang kita kaji secara luas. Semoga kejujuran menjadi prinsip dalam hidup kita sebagaimana yang telah diteladankan Nabi Muhammad saw.

No comments: