Sunday 22 September 2013

Menulis untuk Kebebasan

www.imdb.com
Bila Anda tak menulis, Anda akan tersingkir dari peradaban.” – AG. Eka Wenats

Menonton film merupakan hobi yang harus selalu dipelihara. Banyak hal yang bisa didapat darinya. Ada budaya, pesan-pesan “terselubung”, dan lain sebagainya. Meski yang ditonton itu film yang mungkin saja tidak menarik, kita tetap mendapatkan wawasan. Pengetahuan kita tentang ketidakmenarikan film itu sudah menjadi wawasan.

Film yang ditonton pada kesempatan ini pasti akan menambah wawasan kita. Sebab, film ini juga sangat menarik dan memberikan kita pelajaran penting. Paling tidak, pelajaran untuk menulis. Pesan-pesan untuk menulis dalam film ini sangat jelas karena itu sesuai dengan judulnya.

Freedom Writers (2007) memang film yang sangat terkenal. Film yang diangkat dari catatan seorang guru yang mengabdikan dirinya untuk mengajar siswa-siswanya. Sehingga, rumah tangganya pun rusak. Perjuangan Erin Gruwell tidak gampang. Demi mendidik siswa-siswanya, ia pun harus bercerai dari suaminya, Scott Casey, meski perceraian itu tidak pernah diinginkan.

Film ini disutradarai Richard LaGravenese dan dibintangi Hilary Swank. Saya tidak begitu “mengenal” Richard, tetapi saya cukup “mengenal” Hilary. Kami pernah berkenalan melalui film yang dibintanginya, The Next Karate Kid (1994). Bersama Pat Morita dan Christopher Cain sebagai sutradara filmnya, Hilary berhasil memerankan karakter Julie Pierce. Sekarang kami “bertemu” kembali di Freedom Writers.  

Freedom Writers mengambil latar belakang perjuangan Erin pada tahun 1994, tahun ketika ia memulai karirnya dari awal sebagai seorang guru di Wilson High School di Long Beach, California. Di sana, ia mendapatkan tantangan besar dari para siswanya. Mereka bermasalah dengan toleransi, ras, dan perkelahian geng. Masalah-masalah tersebut tidak gampang diatasi.

Pada era 90-an, persoalan ras memang persoalan yang pelik di beberapa belahan bumi ini. Kita tak mungkin melihatnya dalam konteks sekarang. Meski begitu, kita bisa membacanya dengan menonton Invictus (2009). Secara singkat, saya ingin menyinggung film yang disutradarai Clint Eastwood tersebut. Invictus bercerita tentang perjuangan Nelson Mandela untuk menyatukan kulit hitam (The Black) dan kulit putih (The White) di Afrika Selatan setelah bebas dari tahanan politik. Perjuangan yang tidak mudah pada tahun-tahun tersebut.

Baiklah! Kita kembali ke Freedom Writers, Bray. Sebagai seorang guru yang idealis di Wilson High School, Erin dihadapkan ke sebuah kelas yang penuh dengan risiko dan sulit “disentuh”. Pada suatu saat, ia menemukan sebuah karikatur rasis. Ia pun marah dan menyatakan bahwa itu merupakan salah satu hal yang menyebabkan terjadinya peristiwa Holocaust.

Erin mulai berpikir untuk mencari metode lain yang efektif mendidik para siswanya. Ia pun menggunakan Anne Frank: The Diary of a Young Girl dan Zlata’s Diary: A Child’s Life in Sarajevo sebagai panduannya. Dengan dua buku tersebut, Erin berusaha mengubah hidup dan membuka mata mereka untuk semangat mengatasi intoleransi dan kesalahpahaman di antara mereka. Bagi Erin, guru yang sukses adalah guru yang bisa mengubah hidup siswanya menjadi lebih baik di dalam dan di luar kelas.

Mereka belajar dari buku-buku tersebut untuk melihat secara paralel kehidupan mereka sendiri. Mereka belajar merekam pikiran dan perasaan mereka untuk menulis dalam buku harian. Mereka menyebut diri mereka sebagai “Freedom Writers” untuk memberikan perhormatan kepada para aktivis hak-hak sipil, The Freedom Riders.

Dengan dana yang diberikan oleh Read-a-thon for Tolerance, mereka mengadakan pertemuan dengan Miep Gies, seorang wanita Belanda yang berani melindungi keluarga Frank. Miep Gies pun mengunjungi mereka di California. Di dalam dialognya, ia juga menyatakan bahwa setiap siswa Erin Gruwell adalah pahlawan yang sebenarnya.

Freedom Writers diangkat dari kisah nyata. Perjuangan Erin Gruwell dalam mendidik para siswanya bukanlah cerita fiktif. Itu merupakan bagian dari kenyataan dunia. Setiap orang dari 150 siswa bahkan berhasil menyelesaikan sekolah dan melanjutkannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Mereka berhasil mengubah hidup mereka dengan mengungkapkan pikiran dan perasaan ke dalam tulisan dan menghadirkan ide-ide inspiratif bagi yang lain.

Dengan dorongan kuat dari buku harian yang mereka tulis sendiri dan dibantu Erin Gruwell, The Freedom Writers Diary berhasil menjadi contoh catatan perjalanan hidup yang tak terlupakan. Catatan-catatan itu mengajarkan kita tentang kerja keras, keberanian, dan semangat mengubah kehidupan seorang guru dan siswa-siswanya. Di sini, tulisan punya peran penting.

Freedom Writers kini telah menjadi sebuah lembaga yang memiliki peran besar dalam pendidikan. Seluruh keterangannya bisa dibaca di freedomwritersfoundation.org dengan mudah. Erin Gruwell sekarang menjadi profesor tamu di California State University, Long Beach, di mana beberapa siswanya adalah Freedom Writers.

2 comments:

Unknown said...

Aku suka Swank, terutama di film Boys Don't Cry. Dahsyat...

Dida said...

saya malah belum menontonnya, Mas. hehehe. saya cari filmnya dulu dech. setelah itu, saya mungkin perlu menulis komentar lagi tentang filmnya.