Friday 29 June 2007

Al-Shidq

Dalam sejarah kehidupan manusia, ada satu tokoh paling berpengaruh di antara tokoh-tokoh yang lain yang sampai saat ini ia selalu dijunjung tinggi dan dikenang oleh para pengikutnya maupun bukan sepanjang masa. Dia adalah Muhammad, Nabi Besar kita, seorang revolusioner yang terkenal dengan kearifannya dan selalu menjadi panutan bagi para pengikut/umatnya (umat Islam).

Seorang Muslim ketika hendak menyampaikan pesan-pesan takwa dalam khotbah maupun dalam obrolan santai seyogyanya bersalawat kepada Nabi Besar Muhammad saw sebagai langkah awal untuk mengingatkan satu sama lain kepada kebenaran bahwa kita harus menjunjung tinggi Nabi akhir jaman yang menjadi contoh yang baik (uswah hasanah) dalam hidup yang mengeluarkan umatnya dari jaman kegelapan ke jaman terang sebagaimana yang telah kita rasakan saat ini.

Salawat serta salam senantiasa kita limpahkan dan curahkan kepadanya sebagai bukti cinta kita kepada pemimpin nomor satu di dunia karena kebesaran dan keberhasilannya dalam membina umat.

Sifat maupun sikap hidup Nabi Muhammad saw penuh dengan kejujuran (al-shidq), amanat (al-amânah), kecerdasan (al-fathânah), dan menyampaikan (al-tablîgh). Karena kejujurannya ia selalu melaksanakan amanat yang diberikan sehingga ketika ia masih muda dan belum mendapatkan risâlah ia dianugerahkan gelar al-amîn (orang yang dapat dipercaya dan selalu melaksanakan amanat). Keempat sifat yang dimiliki olehnya sudah sepatutnya kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, keempat sifat tersebut bersifat integral satu sama lain dan kejujuran adalah pangkalnya. Dengan kejujuran (al-shidq) kita dapat dipercaya sehingga kita mampu melaksanakan amanat (al-amânah). Setelah kita melaksanakan amanat niscaya kita mendapatkan kecerdasan (al-fathânah) yakni tahu akan yang baik dan yang benar. Setelah kita tahu yang baik dan yang benar maka kita harus menyampaikan (al-tablîgh).

Dari keberhasilan yang telah dicapai oleh Nabi Muhammad saw di dunia didasarkan pada keempat sifat yang dimiliki olehnya yang berpangkal pada kejujuran (al-shidq), maka kita dapat menyimpulkan bahwa kejujuran adalah pangkal keberhasilan dalam hidup. Dengan kata lain, kalau kita ingin berhasil dalam hidup maka kita harus jujur.

Jujur dalam bahasa Arab berarti al-shidq. Apabila dikaji lebih dalam kata tersebut memiliki makna yang sangat luas. Jujur (al-shidq) dalam al-Munjid maupun kamus-kamus bahasa Arab yang lain berasal dari kata shadaqa yang berarti jujur/benar. Kata tersebut memiliki derivasi kepada shadaqah yang berarti sedekah/berbuat baik dalam al-Quran. Seperti yang tercatat dalam surat al-Baqarah ayat 263: “Perkataan yang baik lebih baik daripada berbuat baik yang diikuti dengan perkataan yang menyakitkan dan Allah maha kaya lagi maha penyantun.

Shadaqah yang berasal dari satu rumpun kata dengan al-shidq yang berarti sedekah/berbuat baik dalam al-Quran harus dibarengi dengan kejujuran atau dengan kata lain, ketika kita berbuat baik maka harus ada kejujuran dalam perbuatan baik kita bahwa kita berbuat semata-mata karena Allah swt. Belajar yang serius adalah perbuatan yang baik/jujur bagi mahasiswa, maka ketika mahasiswa belum serius dalam belajarnya niscaya ia belum jujur terhadap dirinya sendiri. Maka, ketika kita berbuat baik sudah sepatutnya ada kejujuran dalam perbuatan kita, entah kejujuran terhadap diri sendiri maupun kejujuran terhadap orang lain.

Selain itu, shadaqa atau al-shidq yang berarti jujur/benar memiliki derivasi kata shadâqah yang berarti pertemanan atau persahabatan dan shadîq berarti teman dan shiddîq berarti yang dapat dipercaya (jujur). Ibn Miskawayh, seorang tokoh besar dalam filsafat etika Islam memakai kata shadâqah yang berarti pertemanan atau persahabatan dalam karyanya Tahdzîb al-Akhlâq.

Apa makna filosofi kata shadâqah? Shadâqah yang berarti pertemanan berasal dari kata al-shidq yang berarti jujur/benar dan shadîq yang berarti teman dengan shiddîq yang berarti orang yang dapat dipercaya berasal dari satu akar kata yakni al-shidq. Maka, dalam pertemanan atau persahabatan harus ada kejujuran dan berarti menjadi seorang teman harus jujur karena kata shadîq (teman) dan kata shiddîq (yang dapat dipercaya) berasal dari kata al-shidq (jujur/benar). Maka ketika kita mendapatkan seorang teman yang tidak jujur maka sesungguhnya ia bukan teman kita dan ketika kita mendapatkan seorang yang dapat dipercaya maka sesungguhnya ia teman kita.

Itulah makna kejujuran (al-shidq) yang kita kaji secara luas, dan semoga kejujuran menjadi prinsip dalam hidup kita untuk mencapai keberhasilan sebagaimana yang telah diteladankan oleh Nabi Besar kita Muhammad saw.

No comments: