Tuesday 29 July 2008

Islam dan Barat dalam Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid (1939-2005 M)

Islam adalah agama peradaban. Salah satu bukti nyata yang menunjukkan bahwa Islam agama peradaban adalah perkembangan ilmu pengetahuan yang telah memberikan kontribusi besar terhadap peradaban lain, salah satunya peradaban Barat. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban Islam merupakan sebuah masa keemasan yang tiada bandingnya karena faktor yang paling penting dalam membangun basis peradaban adalah ilmu pengetahuan yang didasarkan pada keterbukaan.

Peradaban Islam, Peradaban Ilmu Pengetahuan

Seorang Cendekiawan Muslim dan juga Guru Bangsa kita, Nurcholish Madjid (yang akrab disapa dengan Cak Nur) yang telah wafat pada tanggal 29 Agustus 2005 M telah menyumbangkan karya-karyanya yang begitu istimewa dan luar biasa kepada umat Islam di Indonesia untuk diolah kembali agar senantiasa mereka meneruskan ide-ide pembaruannya untuk membangun kembali peradaban Islam.

Cak Nur (1992) dalam karya monumentalnya, Islam, Doktrin, dan Peradaban, mengelaborasi secara sistematis pandangan-pandangannya tentang peradaban Islam. Bahkan, ia menerangkan pula bahwa agama Islam selama lima sampai enam abad menjadi pengemban misi utama dalam bidang ilmu pengetahuan di seluruh umat manusia. Keterbukaan yang dimiliki oleh seluruh umat Islam yang berlandaskan kepada al-Qur’ân dan Sunnah (al-Kitâb dan al-Hikmah) pada awal datangnya agama tersebut mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dengan pesat tanpa ada perdebatan yang menyebabkan pertumpahan darah di antara mereka.

Tidak bisa dinafikan bahwa peradaban Islam memberikan kontribusi yang sangat signifikan kepada peradaban Barat meskipun Islam saat ini jauh tertinggal oleh Barat, namun kemajuan Barat itu sendiri saat ini sebagian besar berkat Islam. Nama-nama ilmiah yang masih bertahan untuk dipergunakan di Barat yang sebagian besar berasal dari bahasa Arab seperti dalam bidang matematika dan astronomi, kedokteran, logika dan metafisika, dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya mengafirmasi hal tersebut (Montgomery Watt, 1972).

Nama penting pertama dalam bidang matematika dan astronomi adalah al-Khawârizmî yang di kalangan para sarjana Latin dikenal dengan Algorismus atau Alghoarismus. Dari namanya lah diambil istilah algorisme/algoritma. Dua nama matematikawan lain yang karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin adalah al-Nayrîzî atau Anaritius dan Ibn al-Haytham atau Alhazen.[1]

Kemajuan ilmu pengetahuan yang membangun basis peradaban Islam itu terwujud karena sikap keterbukaan yang dimiliki oleh seluruh umatnya yang berlandaskan kepada al-Kitâb dan al-Hikmah (seperti yang telah dijelaskan di awal) sehingga filsafat yang berasal dari tradisi Yunani maupun Suryani dan seluruh disiplin ilmu pengetahuan lainnya dapat berkembang dengan sangat mudah sekali.

Peradaban Barat, Peradaban Masa Kini

Saat ini, Barat sedang menikmati masa keemasannya. Kemajuan teknologi dan informasi yang ada di seluruh dunia berkiblat ke sana. Dengan demikian, tak dapat disangkal bahwa peradaban Barat adalah peradaban yang paling maju saat ini. Sepatutnya bagi umat Islam mengakui hal tersebut dengan penuh kelapangan dada. Dalam arti bahwa mereka mengakui kemajuan peradaban Barat di masa ini dengan sepenuh hati tanpa terjebak ke dalam jurang pesimisme untuk membangun kembali peradaban Islam. Sudah saatnya umat Islam belajar dari Barat sebagai langkah awal untuk membangun kembali basis peradabannya sehingga mereka dapat mewujudkan kembali masa-masa romantis maupun keemasan pernah mereka alami.

Permulaan dari kemajuan peradaban Barat adalah pengkajian yang dalam terhadap peradaban Islam di masa silam. Sehingga, Barat mampu menghasilkan produk-produk peradaban mereka yang dapat digunakan oleh seluruh umat manusia di seluruh dunia sampai saat ini. Namun, nampaknya umat Islam saat ini belum cukup terbuka untuk menerima kenyataan tersebut dan hanya berkutat dalam romantisme belaka tanpa ada terobosan maupun aksi yang konkrit untuk membangun kembali peradaban mereka. Seyogyanya bagi umat Islam, mengintrospeksi diri agar senantiasa lebih meluaskan wawasan dan lebih terbuka.

Universitas Paramadina, Universitas Peradaban

Cak Nur dalam membumikan gagasan-gagasannya, pertama-tama, membentuk Yayasan Paramadina dan kemudian mendirikan Universitas Paramadina pada tahun 1998 M. Latar belakang berdirinya universitas tersebut adalah keinginan Cak Nur untuk membangun kembali peradaban Islam. Paramadina berarti perkumpulan peradaban. Dari namanya sendiri, kita paham bahwa itu terkait dengan gagasan-gagasan yang telah ditawarkan oleh Cak Nur dalam karya-karyanya.

Universitas Paramadina didirikan berlandaskan pada al-Kitâb dan al-Hikmah seperti yang terukir dalam lambangnya – kâf dan hâ’ – sebagaimana yang tertulis dalam surat al-Nisâ’ ayat 113: ”Allah menurunkan kepadamu Kitab dan Hikmah dan mengajarkan kepadamu sesuatu yang belum kamu tahu.” Maka, diharapkan bagi seluruh civitas akademik secara umum dan seluruh mahasiswa secara khusus sanggup menjawab seluruh tantangan perkembangan bangsa pada masa depan yang terus berubah serta mampu memberikan kontribusi untuk memperbaiki model pendidikan yang berlaku sambil kemungkinan melahirkan model alternatif melalui pengembangan universitas sebagai pusat penelitian dengan menumbuhkan budaya riset.

Selain itu, Universitas Paramadina mengemban tugas untuk membina ilmu pengetahuan dengan kesadarana akhlak mulia melalui penciptaan lingkungan kampus sebagai pusat ilmu dan budaya, yang memiliki tradisi masyarakat ilmiah kuat dan kreatif yang berkepribadian teguh dan sikap yang menjunjung tinggi kebebasan mimbar akademik dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kedalaman iman, kepekaan nurani, ketajaman nalar, kecakapan berkarya, keluasan wawasan, dan kemandirian jiwa.

Cita-cita Cak Nur begitu agung. Untuk mewujudkan cita-citanya dalam membangun kembali peradaban Islam ia menawarkan gagasan-gagasan yang termuat dalam karya-karyanya dan mencoba untuk merealisasikannya dalam sebuah universitas yakni Universitas Paramadina yang terdiri dari tiga Fakultas – Ilmu dan Rekayasa, Ekonomi dan Bisnis, serta Falsafah dan Peradaban – yang diharapkan dapat menjadi penengah antara peradaban Islam dan peradaban Barat dan menyumbangkan ilmu pengetahuan yang dilandaskan pada keluasan wawasan dan keterbukaan.

Keluasan wawasan dan keterbukaan yang dijunjung tinggi oleh Universitas Paramadina diharapkan mampu mengajak seluruh umat Islam di dunia untuk mengintrospeksi diri agar senantiasa lebih mengembangkan sikap keterbukaan dalam bidang ilmu pengetahuan sebagai basis awal dalam membangun sebuah peradaban. Wa Allâh-u a‘lam bi ‘l-shawâb


*Tulisan telah dimuat di International Relation Media Center (IRMC) Universitas Paramadina
__________________
[1] W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad Pertengahan, terj. Hendro Prasetyo (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm. 47-50.

4 comments:

Sar said...

Thanks. Artikelnya bgs

Anonymous said...

numpang CoPas bos???

siti said...

artikelnye bagus bangat........

Dida said...

terima kasih. saya juga masih perlu banyak belajar lagi.