Monday 28 July 2014

Obrolan Santai Lebaran

Lebaran selalu memberikan saya waktu bercengkerama bersama keluarga dan sanak saudara. Di sela-sela perbincangan, kita sempat menyinggung pemilihan presiden yang baru saja usai. Obrolan itu begitu mengalir, dan saya mengamati dengan baik apa yang dibicarakan.

Sebagian besar dari mereka mendukung pasangan nomor 1. Meski begitu, mereka sadar bahwa pemenang sebenarnya adalah pasangan nomor 2. Mereka bahkan pesimis dengan perjuangan pasangan nomor 1 yang mengajukan gugatan ke MK. Bagi mereka, menerima kekalahan lebih baik karena sebagian dari para pendukung pasangan nomor 1 menyarankan hal itu. Mahfud MD salah satunya.

Ketika perbincangan begitu hangat, tanpa sadar kita fokus pada Ahok yang merupakan tokoh fenomenal. Hal itu wajar karena Ahok pasti menjadi gubernur DKI Jakarta ketika Joko Widodo menjadi presiden. Di samping itu, Ahok adalah orang yang berani melakukan terobosan-terobosan di Jakarta. Sidak ke balai uji KIR contohnya.

Bagi mereka yang tidak begitu paham politik, Ahok adalah sosok yang sangat dikagumi meski ia seorang non-Muslim. “Masyarakat kita masih sibuk dengan persoalan suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA). Padahal, kalau kepentingannya untuk Indonesia, kita tetap mendukung,” kata bapak saya.

Dengan kata lain, agama apa pun yang dianut seorang pemimpin itu tidak penting. Yang penting, kerja nyata yang kita semua bisa nilai. Isu SARA yang dipakai untuk menjatuhkan pasangan lain dalam persaingan pemilihan presiden ternyata tidak begitu efektif. Isu semacam itu hanya sesaat dan terbukti gagal.

Dari obrolan santai bersama mereka, saya menyimpulkan bahwa demokrasi kita mengalami kemajuan meski bapak dan sanak saudara yang lain tidak paham teori-teori demokrasi. Karena itu, saya selalu yakin bahwa Indonesia punya masa depan yang cerah. Pemilihan presiden yang baru saja usai adalah buktinya.

No comments: