Semalam saya menonton laga pembuka MotoGP yang diselenggarakan di Losail, Qatar. Ducati dengan dua pembalapnya memberikan penampilan berbeda di sana. Penampilan itu sangat memuaskan.
Dalam beberapa tes pramusim dan sesi latihan bebas, Ducati memang mengalami perkembangan positif. Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone bisa memaksimalkan pengembangan Desmosedici dengan sangat baik. Hasilnya memuaskan.
Setahu saya, Ducati tidak mengalami perkembangan signifikan dalam soal mesin. Mereka bisa bersaing di lintasan karena diuntungkan kebebasan memilih ban. Sedangkan, Honda dan Yamaha harus mengikuti regulasi yang dikeluarkan Dorna—sebuah perusahaan yang punya hak paten atas MotoGP sekarang—untuk pabrikan di mana ban hanya disediakan satu pemasok: Bridgestone.
Di luar itu semua, Ducati secara umum sudah mulai melakukan perubahan radikal. Problem chatter, understeer dan perpaduan antara mesin dan sasis secara bertahap teratasi meski sepenuhnya belum sempurna. Selain itu, ada faktor satu lagi: Ducati mengikuti regulasi Open Class yang mendapatkan aturan lebih longgar seperti variasi mesin dan kebebasan memilih ban.
“Perkembangan Ducati juga sebenarnya merupakan kontribusi Valentino Rossi,” kata Joni Lono. Selama dua musim tanpa gelar dengan meraih tiga podium, Rossi berhasil memberikan masukan-masukan berharga dalam pengembangan motor. Ketika Ducati diakuisisi Audi pada 2012, Rossi dibujuk untuk bertahan. Namun, usia yang tak lagi muda menjadi pertimbangan utama karena pengembangan motor butuh dua tahun.
Drama Losail
Balapan berlangsung dengan hal-hal tak terduga di mana para pembalap muda seperti Marc Marquez, Jorge Lorenzo dan Dani Pedrosa malah tak menuai hasil memuaskan. Padahal, mereka mencatat waktu yang baik sebelumnya. Valentino Rossi yang mendapatkan begitu banyak komentar meragukan, malah berhasil meraih podium utama. Dari posisi 8 yang terpuruk ke posisi 13, ia berhasil memacu kuda besinya sampai akhir balapan.
Di awal balapan, Lorenzo, Dovizioso dan Iannone tampil dengan garang. Mereka langsung berpacu dan saling menyalip di putaran-putaran awal. Sayangnya Marc Marquez terpuruk ke posisi paling belakang dan Dani Pedrosa kurang optimal. Sehingga, mereka tidak bisa bergabung.
Setelah memasuki sepuluh putaran terakhir, drama dimulai. Rossi dengan sabar mengejar para pembalap di depan: Lorenzo, Dovizioso dan Iannone. Aksi saling menyalip pun menjadi begitu menghibur karena dekatnya jarak di antara mereka.
Menurut saya, kunci kemenangan Rossi mengasapi dua pembalap Ducati pada putaran terakhir mudah ditebak. Selama 2011-2012, Rossi tahu betul kelemahan Desmosedici dan kekuatan YZR M1: mengisi ruang tersempit di tikungan untuk memperlebar jarak di trek lurus. Hasilnya memuaskan.
Rossi dengan mengisi ruang tersempit di setiap tikungan berhasil meraih podium utama. Meski begitu, balapan itu hanya pembuka dan masih ada 17 seri selanjutnya. Di sana kita bisa menilai apakah ia, Dovizioso dan Iannone masih bisa bersaing atau tidak. I will always keep my eyes on you, Guys.
No comments:
Post a Comment