Pada pertengahan bulan Februari, Rabu sampai Kamis (14-15) kemarin, Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina menyelenggarakan seminar Gerakan Pembaruan Islam dan Isu-Isu Gender di Auditorium Nurcholish Madjid.
Seminar yang diselenggarakan dua hari berturut-turut, dari pagi sampai sore, dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari aktivis LSM, dosen, mahasiswa, jemaah Paramadina, dan kalangan umum lainnya.
Tema-tema dalam seminar ini meliputi isu-isu gender dari berbagai aspeknya, mulai dari kedudukan kaum perempuan dalam tradisi masyarakat di berbagai daerah yang ada di Indonesia sampai peranan mereka dalam isu-isu aktual terhadap kemajuan bangsa.
Para narasumber dalam seminar ini tidak hanya terdiri dari mereka yang memiliki concern terhadap isu-isu gender, tetapi juga dari lintas disiplin ilmu. Bahkan di antara para pembicara, dihadirkan salah satu dari para pendiri Paramadina, Utomo Dananjaya.
Pada sesi pertama, acara dibuka dengan menghadirkan Ninuk Mardiana Pambudy, KH. Hussein Muhammad, Prof. Dr. Nasarudin Umar, Edriana Nurdin, dan Adriana Venny yang mendiskusikan tema Metodologi sampai waktu untuk makan siang.
“Pembacaan teks-teks keagamaan melalui pendekatan kontekstual dan rasional merupakan cara yang paling memungkinkan untuk memahami teks-teks tersebut secara proporsional agar sejalan dengan tujuan-tujuan agama. Dan oleh karena itu pula agama menjadi hidup. Pendekatan ini juga sangat relevan untuk menjadi solusi bagi problem-problem kehidupan yang selalu berkembang, termasuk problem relasi antara laki-laki dan perempuan yang masih timpang (bias gender),” tutur KH. Hussein Muhammad dalam sesi tersebut.
Setelah itu acara diteruskan dengan sesi kedua, diskusi yang bertajuk Problem Perempuan Indonesia, yang menghadirkan Ninik L. Rahayu, Mariana Amiruddin, Tati Hartiman, Abd. Moqsith Ghazali, dan Ala`i Najib. Masing-masing dari para pembicara mendapatkan giliran untuk berbicara seputar bagian-bagian penting dari isu-isu gender yang bersifat kontemporer, yaitu dari perspektif hukum agama Islam, sejarah, dan hal-hal lain yang terkait.
Keesokan harinya, sesi ketiga, diskusi dilanjutkan dengan tema Isu-isu Aktual, dengan menghadirkan Noryamin Aini yang membedah fenomena perempuan dalam Undang-undang Perkawinan, Prof. Dr. Musdah Mulia mengenai pembaruan kompilasi hukum Islam, Lily Zakiyah Munir yang membahas seputar hukum syariat dan ketidaksetaraan gender, dan Utomo Dananjaya yang menyoroti pendidikan dalam perspektif gender.
Sesi terakhir ditutup dengan narasumber Neng Dara Affiah, Yanti Muchtar, aktivis KAPAL Perempuan, yang membahas tentang kepemimpinan kaum perempuan dalam adat maupun agama, Lies Marcoes-Natsir sebagai aktivis perempuan yang banyak bekerja untuk isu gender dan Islam, Maria Ulfah yang membedah fikih aborsi dan penguatan hak reproduksi, dan Marzuki Wahid yang memperbincangkan fikih trafiking.
Terakhir, untuk menanggapi isu-isu gender sekarang, Mas Tom, sapaan akrab Utomo Dananjaya, mengatakan, “Untuk mengatasi masalah seputar isu-isu gender saat ini adalah dengan cara membangun kembali budaya baru di mana hak-hak kaum perempuan itu dapat dihargai dan dipenuhi.”