Friday 29 June 2007

Al-Shidq

No comments:
Dalam sejarah kehidupan manusia, ada satu tokoh paling berpengaruh di antara tokoh-tokoh yang lain yang sampai saat ini ia selalu dijunjung tinggi dan dikenang oleh para pengikutnya maupun bukan sepanjang masa. Dia adalah Muhammad, Nabi Besar kita, seorang revolusioner yang terkenal dengan kearifannya dan selalu menjadi panutan bagi para pengikut/umatnya (umat Islam).

Seorang Muslim ketika hendak menyampaikan pesan-pesan takwa dalam khotbah maupun dalam obrolan santai seyogyanya bersalawat kepada Nabi Besar Muhammad saw sebagai langkah awal untuk mengingatkan satu sama lain kepada kebenaran bahwa kita harus menjunjung tinggi Nabi akhir jaman yang menjadi contoh yang baik (uswah hasanah) dalam hidup yang mengeluarkan umatnya dari jaman kegelapan ke jaman terang sebagaimana yang telah kita rasakan saat ini.

Salawat serta salam senantiasa kita limpahkan dan curahkan kepadanya sebagai bukti cinta kita kepada pemimpin nomor satu di dunia karena kebesaran dan keberhasilannya dalam membina umat.

Sifat maupun sikap hidup Nabi Muhammad saw penuh dengan kejujuran (al-shidq), amanat (al-amânah), kecerdasan (al-fathânah), dan menyampaikan (al-tablîgh). Karena kejujurannya ia selalu melaksanakan amanat yang diberikan sehingga ketika ia masih muda dan belum mendapatkan risâlah ia dianugerahkan gelar al-amîn (orang yang dapat dipercaya dan selalu melaksanakan amanat). Keempat sifat yang dimiliki olehnya sudah sepatutnya kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, keempat sifat tersebut bersifat integral satu sama lain dan kejujuran adalah pangkalnya. Dengan kejujuran (al-shidq) kita dapat dipercaya sehingga kita mampu melaksanakan amanat (al-amânah). Setelah kita melaksanakan amanat niscaya kita mendapatkan kecerdasan (al-fathânah) yakni tahu akan yang baik dan yang benar. Setelah kita tahu yang baik dan yang benar maka kita harus menyampaikan (al-tablîgh).

Dari keberhasilan yang telah dicapai oleh Nabi Muhammad saw di dunia didasarkan pada keempat sifat yang dimiliki olehnya yang berpangkal pada kejujuran (al-shidq), maka kita dapat menyimpulkan bahwa kejujuran adalah pangkal keberhasilan dalam hidup. Dengan kata lain, kalau kita ingin berhasil dalam hidup maka kita harus jujur.

Jujur dalam bahasa Arab berarti al-shidq. Apabila dikaji lebih dalam kata tersebut memiliki makna yang sangat luas. Jujur (al-shidq) dalam al-Munjid maupun kamus-kamus bahasa Arab yang lain berasal dari kata shadaqa yang berarti jujur/benar. Kata tersebut memiliki derivasi kepada shadaqah yang berarti sedekah/berbuat baik dalam al-Quran. Seperti yang tercatat dalam surat al-Baqarah ayat 263: “Perkataan yang baik lebih baik daripada berbuat baik yang diikuti dengan perkataan yang menyakitkan dan Allah maha kaya lagi maha penyantun.

Shadaqah yang berasal dari satu rumpun kata dengan al-shidq yang berarti sedekah/berbuat baik dalam al-Quran harus dibarengi dengan kejujuran atau dengan kata lain, ketika kita berbuat baik maka harus ada kejujuran dalam perbuatan baik kita bahwa kita berbuat semata-mata karena Allah swt. Belajar yang serius adalah perbuatan yang baik/jujur bagi mahasiswa, maka ketika mahasiswa belum serius dalam belajarnya niscaya ia belum jujur terhadap dirinya sendiri. Maka, ketika kita berbuat baik sudah sepatutnya ada kejujuran dalam perbuatan kita, entah kejujuran terhadap diri sendiri maupun kejujuran terhadap orang lain.

Selain itu, shadaqa atau al-shidq yang berarti jujur/benar memiliki derivasi kata shadâqah yang berarti pertemanan atau persahabatan dan shadîq berarti teman dan shiddîq berarti yang dapat dipercaya (jujur). Ibn Miskawayh, seorang tokoh besar dalam filsafat etika Islam memakai kata shadâqah yang berarti pertemanan atau persahabatan dalam karyanya Tahdzîb al-Akhlâq.

Apa makna filosofi kata shadâqah? Shadâqah yang berarti pertemanan berasal dari kata al-shidq yang berarti jujur/benar dan shadîq yang berarti teman dengan shiddîq yang berarti orang yang dapat dipercaya berasal dari satu akar kata yakni al-shidq. Maka, dalam pertemanan atau persahabatan harus ada kejujuran dan berarti menjadi seorang teman harus jujur karena kata shadîq (teman) dan kata shiddîq (yang dapat dipercaya) berasal dari kata al-shidq (jujur/benar). Maka ketika kita mendapatkan seorang teman yang tidak jujur maka sesungguhnya ia bukan teman kita dan ketika kita mendapatkan seorang yang dapat dipercaya maka sesungguhnya ia teman kita.

Itulah makna kejujuran (al-shidq) yang kita kaji secara luas, dan semoga kejujuran menjadi prinsip dalam hidup kita untuk mencapai keberhasilan sebagaimana yang telah diteladankan oleh Nabi Besar kita Muhammad saw.

Monday 30 April 2007

Religiusitas Sang Ibu

1 comment:
Ia adalah orang yang paling berpengaruh terhadap anak-anaknya. Karena pada dasarnya, dalam sebuah keluarga faktor yang paling berperan secara psikologis bagi anak-anak adalah Ibu. Bagi saya, yang sedang menempuh studi di Jurusan Falsafah dan Agama Universitas Paramadina, Ibu adalah seorang motivator sejati dalam hidup.

Namanya adalah Uju Juz’aniah (yang akrab dipanggil dengan Ibu Uju), lahir di sebuah kampung, yang mungkin bisa dikatakan terpencil pada masanya, Kampung Kadugedong, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang pada tanggal 13 Juni 1952 M. Ibu yang telah melahirkan sepuluh orang anak kini menempuh usianya yang kurang lebih ke-55.

Semasa kecil Ia selalu berbakti kepada orang tua dan besar di lingkungan keagamaan. Ketika Ia bercanda ria dengan anak-anaknya, Ia selalu bercerita tentang masa kecilnya yang penuh dengan perjuangan dan kerja keras untuk berbakti kepada orang tua dan menempuh pendidikan semasanya.

Ia selalu mengajarkan kepada kita, anak-anaknya, agar senantiasa berbuat baik dan bersyukur atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Salah satu pesannya yang paling berpengaruh bagi saya adalah kejujuran, karena Nabi Muhammad adalah seorang yang jujur dalam hidupnya sehingga Ia mendapat kepercayaan masyarakat dan digelari dengan al-amîn (seorang yang dipercaya).

Ketika saya mengabdikan diri di sebuah pondok pesantren terpencil pada tahun 2004 M, yang ketika itu saya tidak mendapatkan insentif dari pengabdian tersebut, Ia berpesan agar senantiasa tetap mempertahankan kejujuran dalam hidup. “Dengan kejujuran kita akan mendapatkan kepercayan dari setiap orang, dengan kejujuran kita Allah swt akan membukakan pintu rerjeki yang sangat luas,” tuturnya.

Selain itu, Ia mengajarkan kepada saya perbedaan antara ilmu dan pengetahuan. Apabila kita tahu tentang sesuatu tapi tidak mengamalkannya dalam keseharian kita maka itu adalah pengetahuan. Tapi, apabila kita tahu tentang sesuatu dan mengamalkannya dalam keseharian kita maka itu adalah ilmu.

Sebenarnya, banyak sekali ajaran-ajaran yang disampaikan kepada anak-anaknya. Namun, tulisan ini hanyalah sebagian kecil saja dari pengalaman hidup saya bersamanya.

Friday 20 April 2007

Mengenang RA Kartini

No comments:
Dewasa ini, teramat menarik apabila generasi muda Indonesia, khususnya kaum perempuan, membaca kembali pemikiran-pemikiran para tokoh yang berjasa dalam memperjuangkan kemakmuran di indonesia.

Salah satu faktor kemajuan sebuah bangsa adalah bagaimana para generasi muda bangsa tersebut mampu membaca, memahami, dan mengapresiasi karya-karya dan gagasan-gagasan pemikiran yang dilahirkan oleh para tokoh yang berjasa dalam meraih kemakmuran bagi mereka.

Maka, alangkah lebih baik bagi kita untuk mengkaji kembali secara bersama alur sejarah kebangkitan bangsa dalam hal-hal yang berkaitan dengan Islam secara khusus dan non-Islam secara umum sehingga kita meraih kemajuan dan mampu merevitalisasi semangat dalam diri untuk menggali khazanah-khazanah keislaman, kemoderenan, dan keindonesiaan.

Salah satu tokoh yang berperan dalam hal tersebut adalah Raden Ajeng (RA) Kartini, seorang perempuan yang dilahirkan pada tanggal 21 April 1879 di Jepara dan namanya diabadikan lewat sebuah lagu serta hari kelahirannya selalu diperingati dengan istilah Hari Kartini. Ia adalah anak dari seorang bupati di kota tersebut yang bernama RM Adipati Ario Sosrodiningrat.

Ayahnya adalah salah satu dari empat bupati yang ada di seluruh pulau Jawa dan Madura yang pandai menulis dan becakap-cakap dalam bahasa Belanda pada tahun 1902 M. Kartini tinggal bersama keluarga yang berbeda dari yang lain, keluarganya suka akan kemajuan sehinga ia terinspirasi untuk mendobrak adat istiadat di masyarakatnya dan tidak peduli terhadap celaan orang, terus saja melakukan yang baik menurut pikirannya. Jadi tak begitu heran kalau Kartini adalah seorang yang suka maju dan seorang perintis jalan bagi kita.

Kartini sebagai perintis dan penunjuk jalan

Seperti yang telah diuraikan bahwa Kartini keturunan dari sebuah keluarga yang menjadi penganjur, pembuka jalan, yang merasa bebas dan tidak terikat oleh adat istiadat. Kartini adalah seorang perempuan yang terpelajar dan terkemuka di zamannya.

Ia selalu peka terhadap lingkungannya sehingga ia mudah merasakan rasa sakit yang diderita oleh orang lain. Tampaklah di hadapan matanya bahwa struktur masyarakat Jawa dan adat istiadatnya selalu memarjinalkan kaum perempuan (bahkan mereka tidak diperkenankan untuk menempuh pendidikan yang tinggi). Maka, ia melihat kedzaliman itu tidak hanya terjadi terhadap dirinya melainkan juga terhadap perempuan-perempuan lain yang hidup di masyarakat Jawa sehingga ia berpandangan bahwa adat istiadat yang berlaku itu mesti dirombak dan kaum perempuan mesti mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang layak.

Kemudian, langkah-langkah yang diambil olehnya adalah selalu menulis surat-surat berbahasa Belanda yang berisi tentang gagasan-gagasannya kepada para perempuan lain yang ia anggap sudah cukup tercerahkan, salah satunya adalah Nona Zeehandelaar pada tahun 1900 M.

Cita-cita Kartini, cita-cita masyarakat

Kartini meninggal pada tanggal 13 Septembert 1904 M, empat hari setelah melahirkan anaknya akibat komplikasi. Kartini hidup + seratus tahun lalu, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Lebih dari satu abad lalu Kartini berjuang untuk melepaskan diri serta bebas dari belenggu adat (Jawa) untuk berpartisipasi dalam memajukan bangsa dan mengangkat posisi perempuan kepada tingkatan yang lebih manusiawi. Kendatipun ia hidup + satu abad yang lalu, namun cita-citanya selalu menjadi angan-angan generasi muda (khususnya kaum perempuan) Indonesia dari dahulu kala sampai saat ini.

Cita-cita Kartini adalah memajukan bangsa dengan cara memberdayakan kaum perempuan Indonesia, tentunya cita-cita Kartini adalah cita-cita kita bersama. Maka, saat ini bangsa Indonesia membutuhkan generasi muda penerus bangsa, terutama kaum perempuan seperti RA Kartini.

Sunday 11 March 2007

Dies Natalis Kesembilan dan Wisuda Keenam Universitas Paramadina

No comments:
Pada hari Sabtu 10 Maret 2007 Universitas Paramadina menyelenggarakan Dies Natalis ke-9 dan Wisuda ke-6 dengan tema Menghidupkan Budaya Unggul Menuju Bangsa yang Mandiri dan Bermartabat di Auditorium Nurcholish Madjid.

Acara yang berlangsung selama + tiga jam tersebut dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari Ketua Umum Yayasan Paramadina, Didik J. Rahbini, para orang tua wisudawan sampai para undangan dari aktifis-aktifis mahasiswa di kampus.

Dies Natalis ke-9 dan Wisuda ke-6 Universitas Paramadina ini terdiri dari 85 wisudawan, 2 wisudawan dari jurusan Falsafah dan Agama, 28 wisudawan dari jurusan Ilmu Komunikasi, 17 wisudawan dari jurusan Hubungan Internasional, 9 wisudawan dari jurusan Psikologi, 8 wisudawan dari jurusan Manajemen, 8 wisudawan dari Tehnik Informatika, dan 14 wisudawan dari jurusan Desain Komunikasi Visual. Di antara para wisudawan, sebanyak 12 lulusan meraih prestasi cumlaude.

Acara ini dibuka oleh Pejabat Rektor Universitas Paramadina, M. Sohibul Iman, yang dilanjutkan oleh sambutan dari Agus Nurhadi, Deputi Rektor I Bidang Akademik, sambutan dari Ketua Umum Yayasan Paramadina, pesan-pesan rektorat pada wisudawan oleh Pejabat Rektor, dan orasi ilimiah yang disampaikan oleh Marwah Daud Ibrahim.

“Sebagai lulusan Universitas Paramadina, saya berharap, kalian dapat menunjukan nilai-nilai positif di lingkungan kerja dan masyarakat. Nilai-nilai positif itu setidaknya ditunjukkan oleh dua hal yaitu penguasaan bidang keahlian dan karakter pribadi yang bagus. Dua hal tersebut akan menjadi sumber kaunggulan kalian dalam menempuh kehidupan kerja dan bermasyarakat,” tutur Pejabat Rektor dalam menyampaikan pesan-pesannya kepada para wisudawan.

Selain itu, dalam orasi ilmiahnya, Marwah Daud Ibrahim mengatakan, “tanamkan rasa optimisme bahwa bangsa ini pada abad ke-21 di era anda, kembali akan memimpin dan memandi jalan peradaban. Dalam perjalanan peradaban bangsa ini, ada gelombang kebangkitan setiap 7 abad. Abad ke-7 dengan kejayaan Sriwijaya, abad ke-14 dengan kejayaan Majapahit, pada abad ke-21, yakinilah, bahwa insya Allah, dengan peran aktif kita semua, dunia akan menyaksikan kejayaan Nusantara. Jadikan spirit anda seperti rajawali yang terbang tinggi ke angkasa. Jadikan semua orang yang kumpul bersamamu melihat semangat menyala melalui kebaikan anda, kecerdasan anda, antusiasme anda, dan terutama sekali integritas anda.”

Friday 23 February 2007

Gerakan Pembaruan Islam dan Isu-Isu Gender

2 comments:
Pada pertengahan bulan Februari, Rabu sampai Kamis (14-15) kemarin, Pusat Studi Islam dan Kenegaraan (PSIK) Universitas Paramadina menyelenggarakan seminar Gerakan Pembaruan Islam dan Isu-Isu Gender di Auditorium Nurcholish Madjid.

Seminar yang diselenggarakan dua hari berturut-turut, dari pagi sampai sore, dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari aktivis LSM, dosen, mahasiswa, jemaah Paramadina, dan kalangan umum lainnya.

Tema-tema dalam seminar ini meliputi isu-isu gender dari berbagai aspeknya, mulai dari kedudukan kaum perempuan dalam tradisi masyarakat di berbagai daerah yang ada di Indonesia sampai peranan mereka dalam isu-isu aktual terhadap kemajuan bangsa.

Para narasumber dalam seminar ini tidak hanya terdiri dari mereka yang memiliki concern terhadap isu-isu gender, tetapi juga dari lintas disiplin ilmu. Bahkan di antara para pembicara, dihadirkan salah satu dari para pendiri Paramadina, Utomo Dananjaya.

Pada sesi pertama, acara dibuka dengan menghadirkan Ninuk Mardiana Pambudy, KH. Hussein Muhammad, Prof. Dr. Nasarudin Umar, Edriana Nurdin, dan Adriana Venny yang mendiskusikan tema Metodologi sampai waktu untuk makan siang.

“Pembacaan teks-teks keagamaan melalui pendekatan kontekstual dan rasional merupakan cara yang paling memungkinkan untuk memahami teks-teks tersebut secara proporsional agar sejalan dengan tujuan-tujuan agama. Dan oleh karena itu pula agama menjadi hidup. Pendekatan ini juga sangat relevan untuk menjadi solusi bagi problem-problem kehidupan yang selalu berkembang, termasuk problem relasi antara laki-laki dan perempuan yang masih timpang (bias gender),” tutur KH. Hussein Muhammad dalam sesi tersebut.

Setelah itu acara diteruskan dengan sesi kedua, diskusi yang bertajuk Problem Perempuan Indonesia, yang menghadirkan Ninik L. Rahayu, Mariana Amiruddin, Tati Hartiman, Abd. Moqsith Ghazali, dan Ala`i Najib. Masing-masing dari para pembicara mendapatkan giliran untuk berbicara seputar bagian-bagian penting dari isu-isu gender yang bersifat kontemporer, yaitu dari perspektif hukum agama Islam, sejarah, dan hal-hal lain yang terkait.

Keesokan harinya, sesi ketiga, diskusi dilanjutkan dengan tema Isu-isu Aktual, dengan menghadirkan Noryamin Aini yang membedah fenomena perempuan dalam Undang-undang Perkawinan, Prof. Dr. Musdah Mulia mengenai pembaruan kompilasi hukum Islam, Lily Zakiyah Munir yang membahas seputar hukum syariat dan ketidaksetaraan gender, dan Utomo Dananjaya yang menyoroti pendidikan dalam perspektif gender.

Sesi terakhir ditutup dengan narasumber Neng Dara Affiah, Yanti Muchtar, aktivis KAPAL Perempuan, yang membahas tentang kepemimpinan kaum perempuan dalam adat maupun agama, Lies Marcoes-Natsir sebagai aktivis perempuan yang banyak bekerja untuk isu gender dan Islam, Maria Ulfah yang membedah fikih aborsi dan penguatan hak reproduksi, dan Marzuki Wahid yang memperbincangkan fikih trafiking.

Terakhir, untuk menanggapi isu-isu gender sekarang, Mas Tom, sapaan akrab Utomo Dananjaya, mengatakan, “Untuk mengatasi masalah seputar isu-isu gender saat ini adalah dengan cara membangun kembali budaya baru di mana hak-hak kaum perempuan itu dapat dihargai dan dipenuhi.”

Thursday 22 February 2007

Aksi Kemanusiaan untuk Korban Gempa Yogyakarta

No comments:
Dalam rangka memperingati dan memeriahkan Hari Raya Qurban (Idul Adha 1427 H.) Dewan Keluarga Masjid Universitas Paramadina (DKM-UPM) menyelengarakan Aksi Kemanusiaan untuk Korban Gempa Yogyakarta, bekerja sama dengan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) di Yogyakarta.

Acara tersebut berlangsung dari tanggal 29 Desember 2006 s/d 04 Januari 2007 yang intinya adalah pembagian hewan-hewan kurban di Kabupaten Bantul (salah satu wilayah yang terdapat di kota Yogyakarta).

Adapun orang-orang yang terlibat dalam menangani keberlangsungan acara tersebut terdiri dari para mahasiswa/mahasisiwi lintas jurusan yang ada di Universitas Paramadina sebanyak empat belas orang; dua orang bertindak selaku fasilitator dan dua belas orang lainnya ke dalam tiga kelompok (setiap kelompok terdiri dari empat orang) yang ditempatkan ke tiga desa yang terdapat di wilayah Kabupaten Bantul yaitu Patalan, Santan Tulung, dan Sorok.

Pada dasarnya, pembagian hewan-hewan qurban tersebut hanya terbatas pada tiga mesjid semi permanen di tiga desa tadi. Namun, selain pembagian hewan-hewan qurban, para mahasiswa/mahasiswi yang terlibat di sana selama acara berlangsung dilatih untuk belajar mengabdikan diri dan peduli kepada masyarakat seoptimal mungkin sesuai dengan konsep Social Leadership School yang merupakan bentuk pelatihan kepemimpinan mahasiswa berbasis pada pengabdian dan kepedulian sosial/masyarakat.

Selain itu juga, ketua panitia Aksi Kemanusiaan untuk Korban Gempa Yogyakarta ini, Yandi Hermawandi mengatakan, ”tak lain dari tujuan dari diadakannya Aksi Kemanusiaan untuk Korban Gempa Yogyakarta ini adalah untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai keislaman melalui qurban dan membangun solidaritas antara mahasiswa dengan masyarakat agar senantiasa menumbuhkan semangat terciptanya masyarakat madani,” tutur mahasiswa tingkat akhir jurusan HI Universitas Paramadina ini.

Wednesday 24 January 2007

Untaian Hikmah dari Timur Tengah

2 comments:
Khudz al-hikmah wa law min ayy kharajat

Ambil hikmah dari mana pun ia keluar/berasal.

Al-nâs a`dâ’ mâ jahilû

Manusia itu cenderung menentang karena mereka tidak tahu.

Khayr al-nâs anfa`uhum li al-nâs

Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri.

Lisân al-hâl afshah min lisân al-maqâl

Bahasa perbuatan lebih fasih daripada bahasa perkataan.

Jazâ’ sayyi’ah sayyi’ah mitsluhâ

Balasan dari sebuah kejahatan adalah kejahatan yang setimpal.

Inn Allâh jamîl yuhibb al-jamâl

Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.

Al-insân mahall al-khata’ wa al-nisyân

Manusia itu tempatnya salah dan lupa.

Al-haqq bi lâ nizhâm yaghlibuh al-bâthil bi nizhâm

Kebenaran tanpa disiplin akan dikalahkan oleh sebuah kesalahan dengan disiplin.

Idzâ nathaq al-safîh fa lâ tujibh fa khayr min ijâbatih al-sukût

Apabila orang bodoh (yang bodoh karena kepura-puraannya) bertanya, maka jangan menjawab karena sebaik-baik jawaban dari pertanyaannya adalah diam.

Tarjû al-najâh wa lam tasluk masâlikahâ, inn al-safînah lam tajr `alâ al-yabas

Anda mengharapkan keselamatan tapi anda tidak melalui jalan-jalannya. Sesungguhnya kapal laut itu tidak berlayar di atas daratan!

Law lâ nâ fa man siwânâ

Kalau bukan kita siapa lagi.

Monday 8 January 2007

Jangan Anggap Sepele Hal Kecil!

2 comments:
Terkadang kita telanjur menganggap remeh sebuah masalah yang pada dasarnya bisa menjadi sebuah musibah besar bagi kita. Sekedar contoh; pada suatu hari, dua orang pemuda yang gagah dan bertubuh kekar sedang membuat perahu yang akan mereka gunakan untuk berlayar ke pulau seberang maka mereka terlebih dahulu mencari bahan-bahan dan kayu-kayu yang kira-kira bisa digunakan untuk membuat perahu tersebut.

Ketika mereka hendak menyelesaikan pekerjaan mereka, tiba-tiba salah satu dari kedua pemuda tersebut menemukan seekor rayap kecil pada sebuah kayu yang akan digunakan untuk menyempurnakan pembuatan perahu tersebut kemudian ia bersegera memindahkannya. Namun, ketika ia hendak memindahkannya teman melarangnya.

Janganlah kau pindahkan binatang kecil tersebut karena ia tak lebih dari sebuah binatang kecil yang tak berbahaya dan berguna, katanya.

Pada akhirnya, salah satu dari mereka tidak jadi untuk memindahkan rayap kecil tersebut karena larangan temannya. Namun, pada suatu saat ketika mereka berlayar dan mencapai tengah lautan dengan menggunakan perahu yang mereka buat sendiri, tidak disadari perahu tersebut bocor dan tidak akan bertahan lama lagi kemudian tenggelam karena seekor rayap kecil yang mereka biarkan dan sepelekan.

Kesimpulannya, janganlah kita menganggap mudah, enteng, sepele, dan lain-lain terhadap sesuatu yang kecil karena mungkin sesuatu yang kita anggap mudah, enteng, sepele, dan lain-lain bisa menjadi buah masalah besar dalam hidup.