Tuesday 18 December 2018

Cinta Lakshmi untuk Gayatri

Perempuan dan pembalut adalah dua hal tak terpisahkan. Ke mana pun ia pergi, pembalut akan setia menemaninya. Sebentar! Status iseng ini tak hendak menggambarkan bahwa saya orang yang benar-benar paham persoalan-persoalan perempuan. Ini hanya sekadar pelajaran yang saya ambil dari sebuah film India dibintangi Akshay Kumar, Pad Man (2018).

Saya tahu film ini dari idola saya, Mariyo Suniroh yang mengabdikan hidupnya ke dalam kerja-kerja kebudayaan. Kak Mariyo adalah pengampu Angkringan Gondrong (Anggon)—sebuah nama yang diambil dari penampilannya meski ia sekarang tak lagi gondrong. Alasannya tak lagi gondrong … entahlah. Mungkin kita perlu bertanya langsung kepadanya.

Di angkringan, kami biasanya menghindari obrolan-obrolan politik meski sering tak terhindarkan. Jenuh! Pada akhirnya, kami berusaha membahas isu-isu kebudayaan walaupun kami sadar bahwa kami bukan siapa-siapa. “Kita mah apa atuh!”

Kita balik lagi ke soal film. Seingat saya, ini film pertama Akshay Kumar yang saya tonton sampai habis. Saya tahu dia tapi tak pernah menonton filmnya secara serius. Selain film ini, ada film yang dibintanginya yang saya tahu dari Pak Budhy Munawar Rachman melalui status Facebook-nya, Toilet: A Love Story (2017).

Akshay Kumar (Sumber: Wikimedia Commons)
Film tersebut bercerita tentang pentingnya sebuah toilet dalam rumah tangga. Sepele ya? Memang sepele sih tapi itu persoalan serius di India. Gara-gara absennya toilet dalam rumah tangga, para perempuan di India harus pergi ke kebun pada malam hari untuk buang hajat. Hal ini juga menjadi salah satu faktor tingginya tingkat pemerkosaan di sana. Cerita dalam Pad Man pun punya pola yang kurang lebih sama. Ceritanya fokus pada isu perempuan (dan pembalut).

Di India, dari sekian jumlah populasinya yang tinggi, hanya sebagian kecil perempuan yang menggunakan pembalut. Saya lupa persisnya. Di desa-desa, para perempuan enggan menggunakannya. Sehingga, kalau datang bulan, perempuan gak ke mana-mana. Ia hanya akan berdiam diri di rumah seakan-akan terkena kutukan. Bahkan, sang suami tak boleh menyentuhnya karena alasan kesucian.

Ini yang melatarbelakangi Lakshmi yang miskin membuat sendiri pembalut untuk istrinya, Gayatri.

Saya gak mau bercerita panjang karena takut jadi bocoran. Pada intinya, film yang disutradarai R. Balki ini diadaptasi dari kisah Arunachalam Muruganantham. Ya ... tentunya ada adegan-adegan yang ditambahkan agar drama komedinya menghibur. Namanya juga film. Tapi, secara umum pesannya menggugah kesadaran kita. Karena itu, yang belum menonton sebaiknya menonton.

Tontonlah film India sebelum film India semakin bagus!

No comments: