![]() |
www.kautsar.co.id |
Berstatus jomlo memberikan berkah tersendiri. Sehingga, saya pada Sabtu sore, 15 November 2014, berkunjung ke Gramedia untuk mengisi akhir pekan di Plaza Kalibata. Dari sana, cerita ini bermula.
Saya berkeliling melihat-lihat berbagai macam buku yang terpajang. Ada dua buku menarik yang membuat saya terpaksa merogoh kocek lagi: (1) Piagam Madinah (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014); (2) Max Havelaar (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2014).
Buku pertama ditulis H. Zainal Abidin Ahmad dan buku kedua ditulis Multatuli, nama samaran dari Eduard Douwes Dekker. Meski dua buku tersebut menarik dibaca, perhatian saya lebih fokus pada Piagam Madinah. Sebab, buku itu lebih membuat saya penasaran dan buku itu juga lebih tipis sich daripada buku kedua.
Saya di sini tidak ingin membandingkan mana yang lebih baik di antara dua buku yang saya sebutkan di atas. Bagi saya, dua buku tersebut tidak bisa dibandingkan satu sama lain karena perbedaan kajian yang mendasar. Saya hanya ingin bercerita tentang buku pertama saja.