Monday, 28 December 2015

Mencipta Narasi di Anggon

No comments:
Di salah satu pojok Universitas Paramadina terdapat sebuah tempat kongko-kongko yang bernama Anggon (Angkringan Gondrong). Anggon merupakan sebuah “lokus” di mana para mahasiswa, dosen dan beberapa tamu yang berkunjung berbincang-bincang tentang berbagai isu.

Dari berbagai isu yang menjadi perbincangan di sana, muncullah berbagai diskursus tentang budaya, ekonomi, politik dan sebagainya sambil menikmati secangkir kopi yang bebas unsur-unsur “bid’ah” alias kopi murni. Dalam hal ini, kita perlu membaca kembali tulisan Hilmy Firdausy, Kopi sebagai Kata Kerja.

Read more

Saturday, 5 December 2015

Belajar dari Rossi dan Lauda

No comments:
Para pecinta MotoGP dan F1 pasti tahu siapa Valentino Rossi dan Niki Lauda. Bagi yang tidak, mereka adalah dua legenda hidup dalam cabang olahraga berbeda. Rossi sejak awal kariernya sampai saat ini masih sangat dikenal siapa saja. Sedangkan, Lauda mungkin tidak begitu dikenal mengingat F1 adalah cabang olahraga yang tidak begitu populer sekarang. Di samping itu, karier puncaknya memang di era 70-an.

Sebelum membahas Lauda, ada pembalap F1 lain yang perlu dikenang dan mendapatkan perhatian. Ia meninggal karena kecelakaan di San Marino Grand Prix pada 1994 ketika usianya 34 tahun. Usia yang relatif muda.

Read more

Sunday, 29 November 2015

MotoGP dan Seputar Kontroversi Rossi

No comments:
The people’s champion? Sounds pretty good to me,” kata Max Kenton dalam Real Steel (2011). Film yang disutradarai Shawn Levy itu bercerita tentang Max dan Atom, sebuah robot tinju yang kalah di pertandingan final. Namun, mereka berhasil mendapatkan hati penonton dengan cara berjuang secara adil sampai akhir.

Ungkapan Max tadi layak disematkan kepada legenda hidup MotoGP, Valentino Rossi. Ia di Valencia (08/11/2015) berhasil menyalip puluhan pembalap meski posisi empat yang diraih tidak mengantarkannya menjadi juara dunia. Ia pasti kecewa, tapi harus menerima kenyataan.

Read more 

Saturday, 21 November 2015

Understanding Agus Salim and His Islamic Thought

No comments:
He was born in Kota Gadang, West Sumatra, on 8 October 1884. Indonesian people often call him Haji Agus Salim or The Grand Old Man due to his life devoted to Indonesian independence and diplomacy. His first name was Masjudul Haq which means the defender of the truth.

At the beginning, Salim was interested in studying medicine. So, he tried to apply scholarship but he failed. At the age of 22, he took a job at the Dutch consulate in Jeddah, Saudi Arabia respecting his mother’s last wish who expected him to study religious science from his uncle, Syaikh Ahmad Khatib. Briefly Salim had studied Islam since his childhood.

Read more

Monday, 12 October 2015

Islam dan Fenomena Kebangkrutan Nalar

No comments:
“Umat Islam ini memang sedang sakit dan bangkrut nalar. Salah satu tandanya, fitnah yang menyebar di mana-mana,” tulis saya di status Facebook pada 30 September 2015. Ungkapan itu muncul karena kegelisahan yang disebabkan maraknya berbagai berita tanpa sumber yang jelas.

Fenomena munculnya berbagai media sosial sekarang memberikan kita kemudahan mengakses berbagai informasi yang berkembang. Pada satu sisi, kita bisa mendapatkan berbagai pengetahuan yang sangat berharga. Pada sisi lain, tak sedikit yang memanfaatkan perkembangan dunia yang saling terhubung itu sebagai media untuk menyebarkan propaganda atau fitnah demi kepentingan tertentu.

Tuesday, 22 September 2015

Islam, Radicalism, and Freedom

No comments:
Pew Research Center (PRC), which focuses on the issues of religion and public life, has released the results of their research on 2 April 2015, The Future of World Religions: Population Growth Projections, 2010-2050. It mentioned that Islam was the most developed religion. This is because of the religion’s rate of growth and bigger size of the population of young people.

If the trend rate of growth and size of the population continues, some things are projected to occur in 2050. Firstly, the number of Muslims will increase and equivalent to the number of Christians. Secondly, the number of atheists, agnostics, and those who are not affiliated to any religion will decrease in the total world population. Thirdly, the population of Buddhists all over the world will be the same as that recorded in 2010, while the population of Hindus and Jews will increase.

Read more

Sepeda Wadjda

No comments:
Di Indonesia, sepeda bukan barang istimewa. Siapa pun mampu memilikinya dari kelas bawah sampai kelas atas, entah itu laki-laki atau perempuan. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Wadjda, seorang anak perempuan yang hidup di Riyadh, Arab Saudi.

Wadjda adalah sebuah film dari Haifaa al-Mansour yang dirilis pada tahun 2012. Meski pemutarannya sudah agak lama, film ini masih tetap relevan untuk dibicarakan. Khususnya, karena isu-isu yang dihadapi umat Islam selalu berkutat dalam soal-soal itu saja seperti radikalisme dan kekerasan.

Film ini bercerita tentang seorang gadis Saudi berusia 11 tahun yang tinggal di Riyadh, bernama Wadjda (Waad Mohammed). Impiannya sangat sederhana. Ia hanya ingin memiliki sepeda hijau yang ia lihat pada saat melewati sebuah toko menuju sekolahnya.

Read more

Tuesday, 15 September 2015

Mengenal Sudirman dari Kritik Film

No comments:
Sudirman adalah tokoh bangsa yang sekarang menjadi perbincangan hangat. Hal itu disebabkan perjuangannya yang diangkat kembali ke dalam sebuah film, Jenderal Sudirman (2015). Viva Westi, sang sutradara, menyuguhkan film itu dalam rangka memperingati 70 tahun kemerdekaan Indonesia.

Diangkatnya Sudirman yang merupakan seorang pejuang kemerdekaan ke layar lebar menandai kecenderungan positif industri film di Tanah Air yang menampilkan perjuangan tokoh bangsa. Di tengah-tengah persoalan korupsi dan tidak adanya keteladanan yang melanda kita, film sebagai media utama menjadi begitu relevan. Kita mungkin perlu lebih banyak lagi.

Wednesday, 2 September 2015

Islam Nusantara Berkemajuan

No comments:
Awal Agustus diisi berbagai muktamar dari beberapa organisasi masyarakat (ormas) besar: Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah dan Mathla’ul Anwar. Yang paling menjadi perhatian kita tentunya dua tema muktamar yang diusung dua ormas terbesar di Indonesia: NU dan Muhammadiyah. NU mengusung Islam Nusantara; Muhammadiyah mengusung Islam Berkemajuan.

Dua tema muktamar tersebut tidak hadir dari ruang hampa. Fenomena keberagamaan yang cenderung radikal, saling mengafirkan, intoleran dan lain-lain pasti melatarbelakanginya. Dari sana, kita bisa tahu bahwa Islam Nusantara yang berkemajuan memiliki relevansi yang kuat.

Thursday, 20 August 2015

Bermalam Melalui Film

No comments:
Saya bersama Mariyo Suniroh dan Nandang Tamjid di Anggon (Angkringan Gondrong) pada malam-malam lalu menonton film-film Arab Saudi dan Iran: Wadjda (2011) dari Haifaa Al-Mansour, Circumstance (2011) dari Maryam Keshavarz, Children of Heaven (1997) dan The Song of Sparrows (2008) dari Majid Majidi.

Kami begitu saja memilih film-film yang ada di daftar tanpa rencana sebelumnya. Sebab, menonton adalah solusi tepat untuk mengatasi mati gaya. Apalagi, nyamuk-nyamuk di sana begitu dahsyat. Billy Bismarak juga tahu soal itu.

Wadjda menceritakan kehidupan seorang anak perempuan yang memiliki ibu penuh kasih dan ayah yang akan menikah lagi. Ia berjuang membeli sepeda--meski perempuan dilarang bersepeda di Arab Saudi--sampai ia mengikuti lomba membaca Alquran dengan baik.

Wednesday, 22 July 2015

Teologi Rasional Muktazilah

No comments:
Dalam membaca sejarah Islam, kita harus membedakan Islam sebagai “doktrin” dari Islam sebagai “peradaban” (Nurcholish Madjid, 1992). Hal ini penting untuk disimak agar kita tidak terjebak ke dalam ideologi yang tertanam dalam benak kita sejak awal. Dengan begitu, kita bisa memahami perkembangan berbagai ilmu dalam sejarah Islam dengan lebih objektif tanpa menafikan hal-hal yang mungkin mencederainya.

Islam sebagai “doktrin” adalah Islam yang dipahami sebagai sebuah agama yang sempurna. Meski ada berbagai perbedaan dalam pemahaman ajaran-ajarannya, Islam tetap diakui sebagai agama yang sempurna; Islam sebagai “peradaban” adalah Islam yang di dalamnya terdapat aspek-aspek sejarah yang memicu adanya berbagai konflik kepentingan di antara semua aliran.

Read more

Thursday, 18 June 2015

Islam, Radikalisme, dan Kebebasan

No comments:
Pew Research Center (PRC) yang fokus pada isu-isu agama dan kehidupan publik telah mengeluarkan hasil risetnya pada 2 April 2015, The Future of World Religions: Population Growth Projections, 2010-2050. Di dalamnya dikemukakan bahwa Islam menjadi agama yang paling berkembang. Hal itu disebabkan angka pertumbuhan dan besarnya populasi anak muda di antara agama-agama dunia.

Bila kecenderungan angka pertumbuhan dan besarnya populasi tersebut terus berlanjut, beberapa hal diproyeksikan akan terjadi pada 2050. Pertama, jumlah umat Islam akan bertambah dan setara dengan jumlah umat Kristen. Kedua, orang-orang ateis, agnostik dan yang tidak berafiliasi pada agama apa pun akan berkurang jumlahnya dari total populasi dunia. Ketiga, populasi umat Buddha di seluruh dunia akan sama dengan yang tercatat pada 2010, sementara populasi umat Hindu dan Yahudi akan bertambah.

Sunday, 7 June 2015

Sekilas tentang Yoko dan Bibi Lung

No comments:
Anda pasti tahu Yoko (Andy Lau) dan Bibi Lung (Idy Chan) dalam Return of the Condor Heroes (1983) yang tayang di Indonesia pada era 90-an. Andy sekarang masih aktif di dunia perfilman, sedangkan Idy sejak 1993, tidak lagi aktif karena fokus pada bisnis dan kegiatan sosial meski pada 2007 ia berubah pikiran.

Saking sukanya, saya menyempatkan diri mengunduh 50 episode serial televisi tersebut. Sesekali juga mencari info-info terkait prestasi Andy dan Idy yang mana keduanya sukses dikenal setelah memerankan Yoko dan Bibi Lung atau Gadis Naga Kecil.

Pada akhirnya saya menemukan hal-hal menarik di antara kehidupan nyata mereka. Contohnya apa kesibukan Idy sekarang dan bagaimana kecocokan dan ungkapan perasaan Andy pada Idy. Andy Lau (Yoko) ternyata benar-benar jatuh cinta pada Idy Chan (Bibi Lung/Gadis Naga Kecil) dan telah mengungkapkan perasaannya.

Tuesday, 14 April 2015

Film Bukanlah Sumber Tunggal Pengetahuan

No comments:
Tulisan ini ingin menanggapi tulisan Koes Nandang yang berjudul Guru Bangsa: Potret Tjokroaminoto di Tengah Prahara. Sebelum menanggapi, kita perlu mengapresiasi apa yang telah ditulis Bung Nandang bahwa “Garin Nugroho, Sang Sutradara, memang berintensi menampilkan sisi personal Tjokroaminoto secara menyeluruh.”

“Ia tidak hanya menampilkan kebesaran Tjokroaminoto sebagai pemimpin SI, melainkan juga Tjokroaminoto yang rapuh ketika organisasi yang dipimpinnya diterpa badai perpecahan,” tulisnya.

Bung Nandang yang saya kenal memang seorang pembaca yang baik tentang historiografi dan kajian-kajian populer lain. Ia dengan luar biasa bisa bercerita tentang sebuah peristiwa sejarah tertentu seolah-olah ia memang pernah hidup di zamannya. Zaman batu contohnya.

Monday, 30 March 2015

Kelemahan Ducati dan Kemenangan Rossi

No comments:
Semalam saya menonton laga pembuka MotoGP yang diselenggarakan di Losail, Qatar. Ducati dengan dua pembalapnya memberikan penampilan berbeda di sana. Penampilan itu sangat memuaskan.

Dalam beberapa tes pramusim dan sesi latihan bebas, Ducati memang mengalami perkembangan positif. Andrea Dovizioso dan Andrea Iannone bisa memaksimalkan pengembangan Desmosedici dengan sangat baik. Hasilnya memuaskan.

Setahu saya, Ducati tidak mengalami perkembangan signifikan dalam soal mesin. Mereka bisa bersaing di lintasan karena diuntungkan kebebasan memilih ban. Sedangkan, Honda dan Yamaha harus mengikuti regulasi yang dikeluarkan Dorna—sebuah perusahaan yang punya hak paten atas MotoGP sekarang—untuk pabrikan di mana ban hanya disediakan satu pemasok: Bridgestone.

Friday, 6 February 2015

Islam di Barat dan Pentingnya Literasi Media

No comments:
Masa kini menyajikan kita berbagai informasi di mana kita hidup dalam perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat. Kita hidup dalam dimensi waktu yang saling terhubung. Kita bisa melakukan aktivitas selama 24 jam dan pada saat yang sama, kita juga bisa tahu apa yang sedang terjadi di belahan dunia lain.

Munculnya berbagai media sosial di internet—seperti Facebook, Twitter, Skype, Blogspot dan lain sebagainya—menegaskan bahwa hal tersebut tidak bisa dihindari. Dengan kata lain, kita “terpaksa” menggunakannya untuk mengikuti tren hidup. Bila tidak, kita akan dianggap soliter atau kuno.

Munculnya berbagai media sosial juga memudahkan kita mendapatkan informasi tentang  isu-isu terkini seperti buruknya citra Islam di Barat/Eropa dan bagaimana umat Islam di sana menyikapinya. Fenomena seperti Islamic State (IS)—yang dulu bernama Islamic State of Iraq and Syria (ISIS)—ikut memberikan sumbangan besar kepada buruknya citra Islam sekarang. Begitu juga serangan yang telah dilakukan sekelompok Islam radikal terhadap salah satu majalah (satire) di Prancis, Charlie Hebdo.